Friday, April 8, 2022

MODEL REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN (DIKLAT)

Model Refleksi Dalam Pembelajaran (Diklat)


Model Refleksi Dalam Pembelajaran (Diklat). Perlukah sesi refleksi pada suatu pembelajaran?Jika perlu, bagaimana, kapan dan siapa melakukan refleksi? Kemampuan pengendali proses pembelajaran dalam mengendalikan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas peserta didik sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu unsur kegiatan pembelajaran adalah sesi refleksi. Kemenkes RI (2012:33) menyatakan, refleksi adalah satu dari dua kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seorang pengendali selain kegiatan Building Learning Commitment (BLC). Refleksi merupakan kegiatan pemantauan dalam bentuk penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta didik berisi ungkapan kesan, pesan, harapan, kritik membangun atas pembelajaran dan rangkuman materi pembelajaran yang telah diterima serta informasi positif tentang sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.

 

Refleksi adalah jembatan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang terjadi saat seorang peserta diklat dilibatkan dalam pengalaman belajar.Bahasa yang paling sederhana dan mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip dengan curhatan peserta terhadap materi, fasilitator, pelayanan panitia penyelenggara ataupun sesama peserta tentang hal-hal yang dialami dalam kelas sejak dimulai hingga berakhirnya pembelajaran.Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kemenkes RI (2013:32), refleksi dipandu oleh pengendali atau fasilitator setiap hari sebelum pembelajaran dimulai yang dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.

 

Refleksi merupakan wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif antara peserta dengan unsur komponen pembelakjaran/diklat. Refleksi dilakukan perorangan jika pelaksanaan pelatihan ≤ 300 Jam Pelajaran (JPL), dilakukan oleh kelompok jika pelatihan ≥ 300JPL. Biasanya refleksi berlangsung selama 15-30 menit, namun untuk tujuan pembelajaran tertentu proses refleksi bisa jauh lebih lama dari itu(Suryandaru, 2013).Pernyataan di atas adalah keadaan ideal yang diinginkan, bagaimanakah penerapannya oleh fasilitator atau widyaiswara yang bertugas sebagai seorang pengendali diklat dan bagaimanakah refleksi yang diharapkan oleh peserta diklat? Pembahasan selanjutnya akan mengupas tentang hal tersebut.


Semua widyaiswara yang mendapatkan tugas sebagai pengendali diklat pada diklat kesehatan di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi NTB selalu melakukan sesi refleksi dalam proses pembelajaran. Refleksi dilakukan setiap hari yaitu keesokan hari tepatnya 1 hari setelah pembelajaran berlangsung. Refleksi disampaikan dalam bermacam bentuk dengan bahasan esensial materi dan non materi (ungkapan perasaan peserta terkait proses pembelajaran, teknik fasilitasi, pelayanan panitia, akomodasi penyelenggaraan). Pelaksanaan refleksi sebagian besar sebelumnya tidak dijadwalkan apa dan siapa yang menyajikan (62,5%) dengan tujuan semua peserta mengingat kembali materi yang telah dipelajari, membangkitkan semangat belajar, mengetahui pemahaman peserta dan sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Pada umumnya refleksi dilakukan secara spontanitas dan terkadang dibebankan pada peserta yang melanggar kesepakatan sebagai hukuman. Pelaksanaan refleksi terkait materi esensial yang sebelumnya dijadwalkan biasanya merupakan kesepakatan antara peserta yang dipandu ketua kelas terpilih dalam beberapa kelompok akan tetapi dalam penyajian tetap dilakukan perorangan (37,5%).

 

Teknik penyampaian refleksi setiap hari baik materi maupun non materi adalah secara lisan perorangan dan kombinasi lisan perorangan dengan permainan. Teknik refleksi dengan permainan yang telah dilaksanakan antara lain metode modifikasi snow ball throwing atau mengingat materi dalam bentuk pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang merupakan kulit dari berupa bola panas yang digulirkan diiringi lagu,botol berjalan atau spidol berantai, pengelompokkan pernyataan terkait materi dalam kelompok setuju dan tidak setuju beserta alasan pemilihan pengelompokkan,tepat cepat berhadiah atau brainstorming dengan memilih hurup depan dari deretan 26 alphabet yang ada sebagai kata yang akan dibahas. Pengendali diklat yang memandu refleksi diharapkan menguasai teknik refleksi dan materi yang telah dipelajari. Hambatan yang sering ditemukan adalah tidak adanya pendampingan dari fasilitator penyampai materi pada saat refleksi sehingga umpan balik proses dan teknik pembelajaran tidak dapat langsung diketahui oleh fasilitator yang bersangkutan serta tidak adanya penguatan materi untuk meningkatkan pemahaman peserta kecuali pada team teaching. Jika dalam refleksi tidak adanya pendampingan fasilitator maka pengendali diklat yang bukan dari spesialisasi terkait materi diklat sebelumnya harus menguasai materi pembelajaran dengan membaca modul yang ada. Untuk peningkatan kualitas diklat, diharapkan refleksi tidaklah kaku melainkan fleksibel disampaikan dalam bentuk apapun agar mampu memotivasi peserta sehingga attitude peserta berubah. Demikian sekilas refleksi dari sudut pandang pengendali diklat. Nah, untuk mengetahui persepsi refleksi dari peserta diklat telah disebarkan angket dengan sasaran 61 responden peserta diklat kesehatan terdiri dari 31 peserta Pelatihan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Jenjang Ahli Angkatan I Tahun 2018 kerjasama Dinas Kesehatan Lombok Barat dengan Bapelkes Provinsi NTBdan 30 peserta Pelatihan Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Akupresur di Puskesmas Tingkat Provinsi NTB Tahun 2018. Tanggapan peserta terhadap sesi refleksi dalam berbagai macam pendapat sebagai berikut.

 

Apakah disetiap diklat yang pernah diikuti selalu ada kegiatan refleksi? Sebanyak 57,48% menyatakan selalu ada kegiatan refleksi pada setiap pelatihan yang mereka ikuti, terutama yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi yang dalam penyelenggaraannya ada unsur pengendali diklat, 32,89% kadang-kadang sedangkan 9,63% peserta menyatakan pelatihan yang pernah diikuti dikabupaten/kotamadya sama sekali tidak pernah ada kegiatan refleksi.

 

Apakah refleksi sangat diperlukan dalam suatu diklat? Jika diperlukan, kapan sebaiknya refleksi dilakukan dan apa manfaat yang dapat anda rasakan dari diadakannya refleksi? Enam puluh tiga koma Sembilan puluh tiga persen (63,93% ) menyatakan refleksi sangat diperlukan dalam suatu diklat dan 36,07% peserta menyatakan diperlukan. Pernyataan tersebut menunjukkan peserta diklat sudah menyadari manfaat dan pentingnya suatu refleksi dalam penyelenggaraan diklat. Menurut peserta, sebaiknya refleksi dilakukan rutin setiap hari yaitu keesokan hari tepatnya 1 hari setelah pembelajaran berlangsung. Manfaat langsung yang dirasakan peserta adalah 1) Refleksi memantapkan penguasaan materi yang diperoleh pada pembelajaran pada hari sebelumnya; 2) Wadah pengungkapan suasana hati peserta baik tentang perasaan saat mengikuti pembelajaran maupun suasana pelayanan tempat penyelenggaraan diklat pada hari sebelumnya, 3) Evaluasi penyampaian materi oleh fasilitator.

 

Apakah sesi refleksi sebaiknya dijadwalkan apa dan siapa peserta yang akan menyajikan? Peserta menyatakan, refleksi sebaiknya tidak dijadwal apa dan siapa yang akan menyajikan(60,66%) akan tetapi disampaikan oleh siapa saja tanpa ditunjuk sebelumnya sedangkan 39,34% peserta menyatakan sebaliknya. Peserta lebih banyak menyatakanrefleksi tidak perlu dijadwalkan sebelumnya karena semua peserta diharapkan membaca ulang kembali materi yang telah diterima pada hari sebelumnya. Semua peserta memiliki kesempatan dan mempunyai kewajiban yang samamelakukan refleksi. Metode bisa dilakukan dengan diacak melalui pengambilan lotere nama peserta yang bertugas dan materi yang akan disampaikan langsung pada saat itu. Pertimbangan lain bahwa dengan cara tersebut semua peserta akan siap dengan sedikit rasa penasaran sehingga membangkitkan gairah belajar peserta. Jika dijadwalkan terlebih dahulu maka yang akan membaca ulang kembali materi hanya yang ditunjuk sedangkan ada kekhawatiran peserta lain yang tidak bertugas akan santai dan acuh terhadap materi yang telah diterima.

 

Dalam bentuk apakah sebaiknya refleksi disajikan dalam suatu diklat? Bentuk-bentuk penyajian refleksi menurut peserta secara berurutan berdasarkan persentase pilihan terbanyak adalah sebagi berikut:1) Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana hati selama proses pembelajaran dan ringkasan materi pada pembelajaran satu hari sebelummnya oleh, dari dan untuk peserta dalam suasana rileks diselingi permainan2) Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana hati selama proses pembelajaran dan rangkuman materi dalam bentuk rangkuman yang disampaikan secara lisan 3)Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana hati selama proses pembelajaran dan rangkuman materi dalam bentuk tertulis yang dikumpulkan sebagai tugas 4)Tes pemahaman pada materi pembelajaran satu hari sebelumnya berupa tes tertulis

 

Saran Apa yang ditujukan agar kegiatan refleksi dapat mendukungpeningkatan pemahaman materi dan pengembangan atau keberhasilan diklat di masa mendatang? Peserta menyatakan refleksi sebaiknya dilakukan setiap hari yaitu keesokan hari, tepatnya 1 hari setelah pembelajaran berlangsung, disampaikan secara tidak monoton dan membosankan, mampu membangkitkan gairah belajar, membuat senang suasana hati dan kelas, dilakukan dalam suasana santai sehingga peserta tidak merasa tertekan. Penulis sebagai seorang widyaiswara yang sering mendapat tugas sebagai pengendali diklat sangat setuju dengan pernyataan peserta diklat. Gairah belajar dan pemahaman peserta diklat akan meningkat dengan refleksi yang dilakukan dalam bentuk yang beragam. Bentuk refleksi lain saran dari peserta berupa kuis tepat cepat berhadiah terutama seputar materi yang terbanyak jumlah salahnya pada saat pre test merupakan bentuk penyampaian yang dapat dipilih.Saran lain berupa penayangan video proses pembelajaran yang diputar pada hari berikutnya dengan tujuan agar fasilitator dan peserta dapat saling mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan sebagai alternatif terakhir karena membutuhkan alat bantu perekam yang berkualitas baik dan membutuhkan SDM pengambil gambar yang handal. Peserta menyatakan, apa pun hasil kegiatan refleksi hendaknya diterima dengan bijaksana dan berani memperbaiki diri ke depan jika ada tanggapan kurangmemuaskan dari peserta.

 

Mudah-mudahan para pembaca khususnya pengendali diklat atau widyaiswara mau dan mampu melengkapi proses pengendalian pelatihan pada proses belajar dan mengajarnya dalam kelas dengan kegiatan "Refleksi.. Selain karena karakter peserta ASN di jaman kini yang sangat unik dan penuh warna, terkadang karenapeserta malas, main-main, bandel, tidak betah duduk manis atau keluar masuk ruang belajar tanpa alasan yang jelas, mencuri waktu untuk merokok, membolos dengan alasan medical check up, dan kurang aktif dalam pembelajaran atau bahkan sifat rasa ingin tahu yang sangat tinggi, tidak mau kalah, dan agresif, melalui refleksi dapat diketahui secara lebih detail karakter peserta. Sebagai kesimpulan, sesi refleksi itu penting, tetapi menerapkannya jauh lebih penting dan tidak mudah karena memerlukan keterampilan atau seni mengelola kelas yang baik.



Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon