Model Refleksi Dalam Pembelajaran (Diklat). Perlukah sesi refleksi pada suatu pembelajaran?Jika perlu, bagaimana, kapan dan siapa melakukan refleksi? Kemampuan pengendali proses pembelajaran dalam mengendalikan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas peserta didik sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu unsur kegiatan pembelajaran adalah sesi refleksi. Kemenkes RI (2012:33) menyatakan, refleksi adalah satu dari dua kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seorang pengendali selain kegiatan Building Learning Commitment (BLC). Refleksi merupakan kegiatan pemantauan dalam bentuk penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta didik berisi ungkapan kesan, pesan, harapan, kritik membangun atas pembelajaran dan rangkuman materi pembelajaran yang telah diterima serta informasi positif tentang sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.
Refleksi adalah jembatan
yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang terjadi saat seorang peserta
diklat dilibatkan dalam pengalaman belajar.Bahasa yang paling sederhana dan
mudah dipahami adalah refleksi ini sangat mirip dengan curhatan peserta
terhadap materi, fasilitator, pelayanan panitia penyelenggara ataupun sesama
peserta tentang hal-hal yang dialami dalam kelas sejak dimulai hingga
berakhirnya pembelajaran.Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kemenkes RI
(2013:32), refleksi dipandu oleh pengendali atau fasilitator setiap hari
sebelum pembelajaran dimulai yang dilaksanakan dengan menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa.
Refleksi merupakan wadah
yang tepat dalam menjalin komunikasi positif antara peserta dengan unsur komponen
pembelakjaran/diklat. Refleksi dilakukan perorangan jika pelaksanaan pelatihan
≤ 300 Jam Pelajaran (JPL), dilakukan oleh kelompok jika pelatihan ≥ 300JPL.
Biasanya refleksi berlangsung selama 15-30 menit, namun untuk tujuan
pembelajaran tertentu proses refleksi bisa jauh lebih lama dari itu(Suryandaru,
2013).Pernyataan di atas adalah keadaan ideal yang diinginkan, bagaimanakah penerapannya
oleh fasilitator atau widyaiswara yang bertugas sebagai seorang pengendali
diklat dan bagaimanakah refleksi yang diharapkan oleh peserta diklat?
Pembahasan selanjutnya akan mengupas tentang hal tersebut.
Semua widyaiswara yang mendapatkan tugas sebagai pengendali diklat pada diklat
kesehatan di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi NTB selalu melakukan sesi
refleksi dalam proses pembelajaran. Refleksi dilakukan setiap hari yaitu
keesokan hari tepatnya 1 hari setelah pembelajaran berlangsung. Refleksi
disampaikan dalam bermacam bentuk dengan bahasan esensial materi dan non materi
(ungkapan perasaan peserta terkait proses pembelajaran, teknik fasilitasi,
pelayanan panitia, akomodasi penyelenggaraan). Pelaksanaan refleksi sebagian
besar sebelumnya tidak dijadwalkan apa dan siapa yang menyajikan (62,5%) dengan
tujuan semua peserta mengingat kembali materi yang telah dipelajari,
membangkitkan semangat belajar, mengetahui pemahaman peserta dan sejauh mana
tujuan pembelajaran tercapai. Pada umumnya refleksi dilakukan secara
spontanitas dan terkadang dibebankan pada peserta yang melanggar kesepakatan
sebagai hukuman. Pelaksanaan refleksi terkait materi esensial yang sebelumnya dijadwalkan
biasanya merupakan kesepakatan antara peserta yang dipandu ketua kelas terpilih
dalam beberapa kelompok akan tetapi dalam penyajian tetap dilakukan perorangan
(37,5%).
Teknik penyampaian refleksi
setiap hari baik materi maupun non materi adalah secara lisan perorangan dan
kombinasi lisan perorangan dengan permainan. Teknik refleksi dengan permainan
yang telah dilaksanakan antara lain metode modifikasi snow ball throwing atau mengingat
materi dalam bentuk pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang merupakan kulit
dari berupa bola panas yang digulirkan diiringi lagu,botol berjalan atau spidol
berantai, pengelompokkan pernyataan terkait materi dalam kelompok setuju dan
tidak setuju beserta alasan pemilihan pengelompokkan,tepat cepat berhadiah atau
brainstorming dengan memilih hurup depan dari deretan 26 alphabet yang ada
sebagai kata yang akan dibahas. Pengendali diklat yang memandu refleksi
diharapkan menguasai teknik refleksi dan materi yang telah dipelajari. Hambatan
yang sering ditemukan adalah tidak adanya pendampingan dari fasilitator penyampai
materi pada saat refleksi sehingga umpan balik proses dan teknik pembelajaran
tidak dapat langsung diketahui oleh fasilitator yang bersangkutan serta tidak
adanya penguatan materi untuk meningkatkan pemahaman peserta kecuali pada team
teaching. Jika dalam refleksi tidak adanya pendampingan fasilitator maka
pengendali diklat yang bukan dari spesialisasi terkait materi diklat sebelumnya
harus menguasai materi pembelajaran dengan membaca modul yang ada. Untuk
peningkatan kualitas diklat, diharapkan refleksi tidaklah kaku melainkan
fleksibel disampaikan dalam bentuk apapun agar mampu memotivasi peserta
sehingga attitude peserta berubah. Demikian sekilas refleksi dari sudut pandang
pengendali diklat. Nah, untuk mengetahui persepsi refleksi dari peserta diklat
telah disebarkan angket dengan sasaran 61 responden peserta diklat kesehatan
terdiri dari 31 peserta Pelatihan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Jenjang Ahli Angkatan I Tahun 2018 kerjasama Dinas Kesehatan Lombok Barat dengan
Bapelkes Provinsi NTBdan 30 peserta Pelatihan Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
Akupresur di Puskesmas Tingkat Provinsi NTB Tahun 2018. Tanggapan peserta terhadap
sesi refleksi dalam berbagai macam pendapat sebagai berikut.
Apakah disetiap diklat yang
pernah diikuti selalu ada kegiatan refleksi? Sebanyak 57,48% menyatakan selalu
ada kegiatan refleksi pada setiap pelatihan yang mereka ikuti, terutama yang
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi yang dalam penyelenggaraannya ada
unsur pengendali diklat, 32,89% kadang-kadang sedangkan 9,63% peserta
menyatakan pelatihan yang pernah diikuti dikabupaten/kotamadya sama sekali
tidak pernah ada kegiatan refleksi.
Apakah refleksi sangat
diperlukan dalam suatu diklat? Jika diperlukan, kapan sebaiknya refleksi
dilakukan dan apa manfaat yang dapat anda rasakan dari diadakannya refleksi? Enam
puluh tiga koma Sembilan puluh tiga persen (63,93% ) menyatakan refleksi sangat
diperlukan dalam suatu diklat dan 36,07% peserta menyatakan diperlukan.
Pernyataan tersebut menunjukkan peserta diklat sudah menyadari manfaat dan
pentingnya suatu refleksi dalam penyelenggaraan diklat. Menurut peserta,
sebaiknya refleksi dilakukan rutin setiap hari yaitu keesokan hari tepatnya 1
hari setelah pembelajaran berlangsung. Manfaat langsung yang dirasakan peserta
adalah 1) Refleksi memantapkan penguasaan materi yang diperoleh pada pembelajaran
pada hari sebelumnya; 2) Wadah pengungkapan suasana hati peserta baik tentang perasaan
saat mengikuti pembelajaran maupun suasana pelayanan tempat penyelenggaraan diklat
pada hari sebelumnya, 3) Evaluasi penyampaian materi oleh fasilitator.
Apakah sesi refleksi
sebaiknya dijadwalkan apa dan siapa peserta yang akan menyajikan? Peserta
menyatakan, refleksi sebaiknya tidak dijadwal apa dan siapa yang akan menyajikan(60,66%)
akan tetapi disampaikan oleh siapa saja tanpa ditunjuk sebelumnya sedangkan
39,34% peserta menyatakan sebaliknya. Peserta lebih banyak menyatakanrefleksi
tidak perlu dijadwalkan sebelumnya karena semua peserta diharapkan membaca ulang
kembali materi yang telah diterima pada hari sebelumnya. Semua peserta memiliki
kesempatan dan mempunyai kewajiban yang samamelakukan refleksi. Metode bisa dilakukan
dengan diacak melalui pengambilan lotere nama peserta yang bertugas dan materi yang
akan disampaikan langsung pada saat itu. Pertimbangan lain bahwa dengan cara
tersebut semua peserta akan siap dengan sedikit rasa penasaran sehingga
membangkitkan gairah belajar peserta. Jika dijadwalkan terlebih dahulu maka
yang akan membaca ulang kembali materi hanya yang ditunjuk sedangkan ada
kekhawatiran peserta lain yang tidak bertugas akan santai dan acuh terhadap
materi yang telah diterima.
Dalam bentuk apakah
sebaiknya refleksi disajikan dalam suatu diklat? Bentuk-bentuk penyajian
refleksi menurut peserta secara berurutan berdasarkan persentase pilihan
terbanyak adalah sebagi berikut:1) Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana
hati selama proses pembelajaran dan ringkasan materi pada pembelajaran satu
hari sebelummnya oleh, dari dan untuk peserta dalam suasana rileks diselingi
permainan2) Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana hati selama proses
pembelajaran dan rangkuman materi dalam bentuk rangkuman yang disampaikan
secara lisan 3)Ungkapan perasaan tentang kejadian, suasana hati selama proses
pembelajaran dan rangkuman materi dalam bentuk tertulis yang dikumpulkan sebagai
tugas 4)Tes pemahaman pada materi pembelajaran satu hari sebelumnya berupa tes tertulis
Saran Apa yang ditujukan
agar kegiatan refleksi dapat mendukungpeningkatan pemahaman materi dan
pengembangan atau keberhasilan diklat di masa mendatang? Peserta menyatakan
refleksi sebaiknya dilakukan setiap hari yaitu keesokan hari, tepatnya 1 hari setelah
pembelajaran berlangsung, disampaikan secara tidak monoton dan membosankan, mampu
membangkitkan gairah belajar, membuat senang suasana hati dan kelas, dilakukan dalam
suasana santai sehingga peserta tidak merasa tertekan. Penulis sebagai seorang widyaiswara
yang sering mendapat tugas sebagai pengendali diklat sangat setuju dengan pernyataan
peserta diklat. Gairah belajar dan pemahaman peserta diklat akan meningkat
dengan refleksi yang dilakukan dalam bentuk yang beragam. Bentuk refleksi lain
saran dari peserta berupa kuis tepat cepat berhadiah terutama seputar materi
yang terbanyak jumlah salahnya pada saat pre test merupakan bentuk penyampaian
yang dapat dipilih.Saran lain berupa penayangan video proses pembelajaran yang
diputar pada hari berikutnya dengan tujuan agar fasilitator dan peserta dapat
saling mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan
sebagai alternatif terakhir karena membutuhkan alat bantu perekam yang berkualitas
baik dan membutuhkan SDM pengambil gambar yang handal. Peserta menyatakan, apa
pun hasil kegiatan refleksi hendaknya diterima dengan bijaksana dan berani
memperbaiki diri ke depan jika ada tanggapan kurangmemuaskan dari peserta.
Mudah-mudahan para pembaca
khususnya pengendali diklat atau widyaiswara mau dan mampu melengkapi proses
pengendalian pelatihan pada proses belajar dan mengajarnya dalam kelas dengan
kegiatan "Refleksi.. Selain karena karakter peserta ASN di jaman kini yang
sangat unik dan penuh warna, terkadang karenapeserta malas, main-main, bandel,
tidak betah duduk manis atau keluar masuk ruang belajar tanpa alasan yang
jelas, mencuri waktu untuk merokok, membolos dengan alasan medical check up,
dan kurang aktif dalam pembelajaran atau bahkan sifat rasa ingin tahu yang
sangat tinggi, tidak mau kalah, dan agresif, melalui refleksi dapat diketahui
secara lebih detail karakter peserta. Sebagai kesimpulan, sesi refleksi itu
penting, tetapi menerapkannya jauh lebih penting dan tidak mudah karena
memerlukan keterampilan atau seni mengelola kelas yang baik.
0 Comments