
Dalam sesi ini akan
menjelaskan beberapa materi pokok tentang peran teknologi dan media dalam
belajar pada abad 21. Apa dan bagaimana peran teknologi dan media dalam
pembelajaran pada era abad 21 yang ditandai
oleh digitalisasi dan berjejaring dalam proses pembelajaran. Penjelasan
teoretik akan diuraikan secara ringkas, dan kemudian akan diberikan beberapa
contoh praktis yang relevan dengan profesi guru era digital untuk memudahkan
pemahaman. Pada bagian akhir akan dibahas juga di mana posisi guru di tengah
semakin pesatnya perkembangan teknologi dan media baru dalam era pedagogi
digital. Apakah harus ditentukan oleh teknologi dan media baru, atau berposisi
sebagai subyek aktif yang menyikapi secara kritis terhadap teknologi dan media
baru, atau juga hubungan di antara keduanya bersifat saling melengkapi.
Sejak era pencerahan pada
dekade 1560-an peradaban manusia mengalami perkembangan pesat berkat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai inovasi teknologi terus terjadi secara
susul-menyusul berkat manusia mulai memproklamirkan diri sebagai pusat
peradaban dengan mengandalkan akal budi. Rahasia alam pun terus berusaha
diungkap dengan kekuatan pikiran manusia melalui ilmu pengetahuan atau sain,
seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi yang keempatnya kemudian dikenal
sebagai ilmu murni. Melalui penguasaan sain itulah kemudian manusia secara
spektakuler mampu menemukan berbagai formula yang menjadi dasar pengembangan
teknologi.
Nicolaus Copernicus, Galileo
Galilei, dan Leonardo da Vinci adalah tokoh-tokoh perintis era pencerahan yang
menjadi tonggak sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun
mendapat tantangan hebat oleh institusi agama, akan tetapi para perintis itu
terus berupaya mengembangkan logika sain dalam mengungkap rahasia alam, dengan
tidak lagi mendasarkan diri pada cara berpikir teologis dan metafisika.
Meskipun terus mendapat ancaman oleh golongan konservatif agamawan, akan tetapi
para perintis tersebut mampu mengungkap rahasia alam dengan logika sain. Bahkan
ada yang kemudian mempertaruhkan nyawa demi tegaknya kebenaran berdasarkan ilmu
pengetahuan, yaitu Galileo yang merelakan kematiannya kepada institusi agama
karena demi mempertahankan teorinya
bahwa bumi adalah berputar.
Tidak kalah heroik dalam
sejarah perjuangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berkaitan
dengan ilmu pendidikan dan pembelajaran, adalah Johannes Gutenberg, sang penemu
mesin cetak. Berkat penemuan monumental itu, ilmu pengetahuan dapat disebarkan
secara meluas karena bisa didokumentasikan dalam bentuk buku dalam jumlah
berlipat-ganda. Orang tidak lagi menggunakan tulisan tangan yang memerlukan
waktu panjang untuk menggandakan tiga atau empat eksemplar buku, tetapi cukup
dengan mesin cetak bisa menggandakan buku sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
relatif singkat untuk ukurang jaman itu.
Lebih dari itu, sejak
penemuan mesin cetak itu terjadilah revolusi belajar. Jika sebelumnya proses
pembelajaran lebih mengandalkan cerita-cerita tutur dengan tulisan manual,
tetapi kemudian belajar bisa melalui buku yang melibatkan orang dalam jumlah
besar. Orang pun kemudian bisa belajar secara mandiri melalui buku cetakan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dari sinilah kemudian peran guru juga mulai
terbantu oleh buku cetakan sebagai hasil dari teknologi untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Berkat penemuan mesin cetak
itulah kemudian media juga mengalami perkembangan secara cukup signifikan.
Bukan hanya media pembelajaran buku, gambar cetakan, dan selebaran yang
berkembang berkat penemuan mesin cetak, tetapi juga media massa. Dalam waktu
tidak terlalu lama sejak penemuan mesin cetak itu, kemudian muncul surat kabar
dan buletin yang bersifat barang cetakan. Kemampuan mesin cetak dalam
melipatgandakan surat kabar dan buletin dalam waktu singkat, menjadikan media
massa ini berkembang pesat dan menjadi bagian dari pengembangan dan
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Media massa pun kemudian juga
berperan penting dalam membelajarkan masyarakat. Guru pun terbantu oleh media
sebagai sumber belajar, bukan saja untuk menjalankan tugasnya dalam mengajar
siswa, tetapi sekaligus juga untuk pengembangan dirinya secara profesional.
Itulah sekilas tentang
tonggak sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta media dalam
kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran. Dalam sejarah perkembangan lebih
lanjut, berkat ilmu pengetahuan dan teknologi itu peradaban manusia terus
mengalami perubahan secara revolusioner. Jika sebelumnya masih bersifat
masyarakat agraris yang mengandalkan moda produksi feodalisme, kemudian berubah
menjadi masyarakat industri dengan moda produksi kapitalisme. Institusi
pendidikan pun kemudian juga mengikuti perkembangan masyarakat baru yang
industrial itu hingga sekarang. Lembaga pendidikan kemudian diandalkan untuk
mempersiapkan dan bahkan menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat industri. Ini juga terjadi di Indonesia, terutama
sejak merdeka pada pertengahan abad 20 setelah menjadi bangsa terjajah oleh
kolonialisme bangsa Eropa yang lebih dulu memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Perkembangan media cetak pun
dalam dunia pembelajaran juga terus berkembang pesat berkat inovasi dan
temuan-temuan baru yang lebih canggih, yaitu bersifat elektronik. Jika sebelumnya
media bersifat cetakan, dan kemudian juga penemuan kamera foto, maka media pun
berkembang menjadi elektronik, yaitu media audio dan kemudian visual-gerak,
serta kemudian audiovisual. Secara institusional pun kemudian media elektronik
berkembang menjadi media massa, sehingga muncul media siaran seperti radio dan
televisi. Dalam dunia pembelajaran pun juga mengikuti perkembangan ini,
sehingga peran teknologi dan media semakin besar dalam proses pendidikan.
Memasuki abad 21 masyarakat
pun kemudian mengalami perubahan baru secara revolusioner, sebagai implikasi
perubahan dari cetak ke elektronik, dan kemudian dari sistem analog menjadi
digital. Perubahan sistem itu kemudian menjadi penyebab fundamental perubahan
masyarakat ke arah apa yang dikenal sebagai masyarakat digital. Lihat mikel dan
hardiman
Dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran pun kemudian juga mengikuti perkembangan baru era masyarakat
digital ini. Peran teknologi dan media kemudian menjadi sangat besar dalam
proses pembelajaran abad 21 dan berbagai implikasinya. Semua itu kemudian mengubah hubungan antara
guru, teknologi, dan media dalam suatu proses pembelajaran. Melalui skema
hubungan segitiga sama sisi antara peran guru, teknologi, dan media dalam
proses pembelajaran berikut ini akan dijelaskan bagaimana tipologi ideal
layanan pendidikan dalam abad 21. Namun sebelumnya akan dijelaskan bagaimana
karakteristik hubungan antara teknologi dan media dengan guru dalam suatu
proses pembelajaran.
Terdapat tiga teori untuk
menjelaskan peran teknologi dan media dalam suatu proses komunikasi
pembelajaran. Pertama, apa yang disebut sebagai diterminisme teknologi dan
media, yaitu anggapan bahwa teknologi dan media adalah berperan sangat
menentukan dalam proses komunikasi pembelajaran. Salah satu tokoh penting dalam
teori diterminisme teknologi ini antara lain adalah Marsal McLuhan, yang
meyakini bahwa teknologi komunikasi berperan menentukan dalam efektivitas
komunikasi. Salah satu dalilnya yang terkenal adalah “media adalah pesan itu
sendiri”. Asumsi ini kemudian yang mendasari dalam teori-teori efek media, yang
berasumsi bahwa media berperan sangat menentukan dalam proses komunikasi
pembelajaran. Media secara mandiri dapat menjalankan fungsi atau peran
memindahkan pengetahuan dalam suatu proses pembelajaran secara efektif.
Beberapa karakteristik atau
ciri-ciri teori diterminisme teknologi dan efek media ini antara lain:
1. Komunikasi
pembelajaran bersifat searah atau dalam hubungan asimetris.
2. Media
sangat berpengaruh, sehingga mendominasi dalam proses pembelajaran.
3. Media
dipandang efektif dalam memindahkan pesan pembelajaran secara searah.
4. Khalayak
atau siswa bersifat pasif dan senantiasa menerima secara apa adanya pesan yang
disampaikan oleh media.
5. Peran
guru dapat digantikan oleh media dalam suatu proses pembelajaran.
Jadi dalam suatu proses
pembelajaran, peran teknologi dan media sangat menentukan dan bisa menggantikan
peran guru dalam menjalankan tugas-tugas mengajarnya. Sebagai contoh, dalam
suatu pembelajaran IPS misalnya, media audiovisual instruksional seperti kaset
perekam atau video misalnya, dapat secara mandiri menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran kepada siswa dalam suatu kegiatan belajar di kelas. Dengan
berbagai penataan ruang di kelas, kemudian siswa diminta untuk mendengarkan dan
melihat tayangan video pembelajaran IPS, maka media tersebut dapat memberikan
kontribusi dalam pemahaman materi pelajaran.
Dalam kaitan dengan peran
teknologi dan media untuk pembelajaran pada era 21, terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang hadirnya TIK melalui e-learning
ini, yaitu apa yang dikenal dengan technological determinism dan social
determinism (Flew, 2005). Pendekatan determinisme teknologi memposisikan
teknologi sebagai faktor dominan dan berpengaruh dalam mengubah perilaku
komunikasi warga masyarakat. Hadirnya pembelajaran hibrida yang sebagian
memanfaatkan e-learning sebagai pola pembelajaran online dianggap sebagai
penentu bagaimanakah perilaku belajar peserta didik. Hal ini akan mengakibatkan
’pemaksaan’ pada peserta didik, sehingga mereka harus mengikuti pola yang telah
ditetapkan oleh teknologi yang digunakan dalam proses belajarnya. Model web-based
learning yang dikendalikan oleh platform yang dipilih oleh sebuah mata kuliah,
termasuk dalam pendekatan deterministik teknologi ini (Salma dkk, 2016: 72).
Dalam abad 21 ini, argumen
diterminisme teknologi dan efek media ini sesuai dengan asumsi cyber optimists.
Fakta menunjukkan bahwa sekarang ini antusiasme belajar berbasis TIK cukup
tinggi. Antusiasme guru, murid, dan satuan pendidikan yang begitu tinggi
terhadap kehadiran pendidikan era digital ini mengindikasikan adanya kesesuaian
dengan asumsi kubu cyber optimis. Situasi optimistic ini juga ditunjukkan oleh
pemerintah yang sangat yakin bahwa dengan digitalisasi pendidikan akan mampu
menciptkan generasi era 21 yang sering disebut sebagai generasi emas. Oleh
karena itu pemerintah sangat yakin bahwa dengan teknologi akan membawa berkah
bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui proses pembelajaran dan
pendidikan pada umumnya.
Sebagaimana asumsi kaum cyber
optimists, yakin bahwa perkembangan teknologi informasi akan menghasilkan
pendataran piramida penguasaan informasi sehingga setiap warga negara akan
memiliki informasi yang memadai untuk mengambil keputusan. Ada tiga alasan
pokok yang menyertai optimisme ini. Pertama, teknologi informasi ini akan
membuka akses lebar-lebar pada semua lapisan masyarakat karena teknologi
informasi ini akan mengurangi secara drastis biaya untuk memperoleh informasi.
Harga komputer semakin murah dan akses terhadap internet pun semakin mudah.
Kedua, sekali seseorang memiliki sambungan internet, informasi yang diperlukan
untuk keperluan pembuatan kebijakan politik dan individual akan dengan mudah
didapatkan melalui internet. Ketiga,
sifat interaktif media baru ini juga akan memperbaiki tingkat
responsiveness dan akuntabilitas berbagai lembaga politik (termasuk pemerintah)
karena warga dan berbagi kelompok sosial yang ada dalam masyarakat bisa
berpartisipasi secara lebih efisien dalam berbagai bentuknya (Ambardi, 2008:
195).
Fakta antusiasme dunia
pendidikan terhadap kehadiran era digital ini juga semakin menegaskan, bahwa
argumen teoretik kubu diterminisme teknologi dan media efek terus menjadi dasar
baik secara paradigmatik maupun teoretik bagi pengambilan kebijakan di bidang
pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pemerintah akan terus
mengeluarkan kebijakan untuk mendorong digitalisasi pendidikan melalui berbagai
program pembelajaran berbasis ICT.
Peran Teknologi dan Media dalam
Pembelajaran Abad 21. Penetrasi
TIK dalam pembelajaran semakin mendorong lembaga sekolah memanfaatkan teknologi
canggih ini. Bukan saja sumber daya TIK memang begitu besar untuk memberikan
kontribusi terhadap kualitas pembelajaran, tetapi sebagai bagian dari revolusi
industri 4.0 siapa pun tidak bisa menghindar terhadap hadirnya gelombang baru
ini. Dari sudut pandang teknologi pendidikan, TIK memang terbukti memiliki
sumber daya besar untuk membantu peningkatan kualitas pembelajaran.
Menurut Dewi Salma dkk.
(2016), TIK sebagai media pembelajaran misalnya, memiliki keunggulan sebagai
berikut. Sebagai media komputer yang memiliki fungsi multimedia (suara, visual,
warna, tulisan, simbol atau
lambang-lambang informal lain), mampu:
·
Memperbesar obyek jutaan kali dengan
menggunakan mikroskop kamera, sehingga hasilnya dapat dilihat dengan jelas.
·
Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh ke
hadapan peserta melalui ilustrasi-ilustrasi atau program video.
·
Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit,
berlangsung dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan
seherhana.
·
Memnampung sejumlah besar peserta untuk
mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
·
Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke
hadapan siswa tanpa risiko.
·
Meningkatkan daya tarik terhadap pelajaran
dan perhatian peserta melalui penyajian pesan atau peristiwa tertentu.
·
Memberikan pengamatan langsung kepada siswa
tentang suatu kejadian atau peristiwa.
·
Meningkatkan sistematika pengajaran, karena
semua program sudah tersusun sesuai rancangan.
·
Memberikan sajian yang bersifat interaktif,
sehingga siswa merasa seperti berinteraksi dengan guru atau temannya.
Kehadiran TIK ini juga tidak
harus dihadapkan pada peran guru, karena TIK bisa berjalan secara pararel dan saling
mengisi di antara peran guru dan peran
teknologi serta media untuk memecahkan problem pembelajaran. Jadi secara
optimistik, TIK memang berpotensi memberikan peran signifikan bagi proses
pembelajaran, dan karena itu guru abad 21 memang harus menerima secara kreatif,
dan bukannya menolak kehadiran TIK. Antara sumber daya TIK dan kompetensi guru
dalam memecahkan problem pembelajaran secara kolaboratif bisa diterapkan pada
lembaga sekolah secara produktif.
Sebagaimana diungkapkan oleh
Salma (2016). kehadiran TIK sebagai media pembelajaran banyak membantu guru
dalam berbagai hal, antara lain:
·
Meningkat interaksi. Dalam hal ini keberadaan
media merupakan medium antara pesan dengan siswa, antara guru dangan siswanya.
Dengan demikian kehadiran media akan meningkatkan kualitas interaksi antarsiswa
guru dan siswa, siswa dan pesan.
·
Pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan
media pembelajaran dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang siswa
untuk berekasi terhadap penjelasan guru. Siswa bisa menjadi lebih aktif.
·
Pengelolaan pembelajaran lebih efektif dan
efisien. Dengan adanya media pembelajaran, guru dapat terbantu untuk tidak
perlu banyak menulis atau mengilustrasikan di papan tulis. Ilustrasi dan
tulisan dengan cepat diambil alih oleh peran komputer.
·
Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran secara benar, tidak hanya membuat proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien tetapi juga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran secara menyeluruh.
·
Proses pembelajaran dapat dilaksanakan di
mana pun dan kapan pun. Program audio, video, komputer (offline dan online)
adalah media pembelajaran yang dapat
digunakan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kondisi dan situasi guru
dan siswa.
·
Menimbulkan sikap positif siswa terhadap
proses pembelajaran. Pengenggunaan media yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses
pembelajaran. Hal ini terjadi, karena media dapat menyajikan pesan dengan
konkret disertai dengan contoh-contoh yang dapat meyakinkan siswa akan
kebenaran suatu ilmu peengetahuan yang dipelajari (Salma, 2016: 19-20).
TIK itu sendiri juga bisa
berfungsi sebagai media pembelajaran, yaitu apa yang dikenal sebagai media baru
yang berbasis pada web. Melalui sistem jaringan atau internet, TIK menyediakan
fasilitas media pembelajaran secara lengkap dan mudah diakses jika memiliki
gawai berbasis android. Guru dan siswa sekarang dengan mudah mengakses TIK
sebagai media pembelajaran, atau yang dikenal dengan media konvergensi ini
karena kemampuannya menyediakan layanan media secara komninatif. Media
konvergensi yang tersedia dalam TIK itu, secara serentak bisa menyediakan
radio, televisi, poster, specimen, dan berbagai jenis multimedia lainnya.
Sebagai media yang terkoneksi
dengan internet (jaringan) TIK berperan memberikan kontribusi pada
pembelajaran, antara lain:
·
Mampu memberikan layanan informasi
pembelajararan berbasis internet.
·
Menjadi media dalam model pembelajaran
berbasis web (online)
·
Menjadi media dalam penyelenggaraan
e-learning.
·
Menjadi media dalam sistem pendidikan dan
pembelajaran jarak jauh (Salma dkk., 2016: 20-21).
0 Comments