
Argumen kaum cyber optimists yang memandang TIK adalah sumber daya penting, sedikit banyak memang tercermin pada
aktivitas belajar dalam setiap lembaga sekolah. Sebagai contoh proses belajar
berbasis web tampak di SMA Minggiran Kabupaten Sleman DIY yang terlihat
antusias (Wahyono, dkk. 2017). Manifestasi antusiasme itu tercermin pada: (1)
Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative; (2 ) Bagi
siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena
disamping disertai gambar juga ada animasi menarik; (3) Cara belajar lebih
efisien; (4) Wawasan bertambah; (5) Mengetahui dan mengikuti perkembangan
materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi; dan (5)
Membantu siswa melek ICT.
Beberapa guru SMA di sekolah tersebut mengaku dengan adanya konektivitas
terhadap internet sekarang ini semakin mudah untuk mencari sumber-sumber
belajar alternatif. Melalui google dan yahoo, guru dan juga murid sering
memperoleh kemudahan dalam mencari materi-materi yang relavan dengan proses
pembelajaran di kalas. "Mau mencari apa saja, sekarang ini sudah dengan
mudah disediakan oleh mbah google", begitu ungkapan yang populer di
kalangan guru dan murid sekarang ini.
Di kalangan siswa sendiri mengaku bahwa adanya internet memperjelas apa
yang disampaikan oleh guru ketika di kelas. Biasanya guru punya keterbatasan
dalam menyampaikan materi, terutama guru-guru yang generasi tua yang
konservatif dan kurang akrab dengan internet. Guru generasi tua lebih suka menggunakan
metode ceramah dan kurang memanfaatkan internet. Menghadapi situasi ini murid
kemudian mencari sumber-sumber lain di internet yang lebih jelas dan lebih
menarik karena disertasi dengan berbagai visualisasi. "Saya terus terang
sekarang ini lebih terbiasa dengan visualisasi yang tersedia pada media baru
untuk menangkap kejelasan pesan yang disampaikan. Karena itu jika ada guru
kurang jelas menjelaskan sebuah pokok bahasan karena hanya dijelaskan secara
lisan, maka saya akan mengkonfirmasikan lagi di internet", kata seorang
murid berterus terang.
Di samping itu, beberapa informan mengaku bahwa dengan e-learning lebih
efisien baik dalam waktu maupun tenaga. Sekarang ini tidak perlu susah-susah
pergi ke perpustakaan atau ke toko buku untuk mencari buku atau materi apa saja
yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Guru dan murid yang menjadi
informan penelitian ini mengaku sangat terbantu dengan digitalisasi sumber
belajar yang dengan mudah bisa diakses melalui internet. "Sekarang ini
belajar terasa lebih praktis, ketika semuanya sudah banyak yang tersedia secara
digital di jaringan internet. Saya jarang ke perpustakaan untuk keperluan
mencari sumber belajar yang cocok dengan materi pelajaran di kelas", kata
salah seorang murid menceritakan pengalaman belajarnya di era digital sekarang
ini.
Lebih dari itu, bagi sebagian murid kehadiran media baru berbasis android
sekarang ini terasa lebih membantu untuk memperluas wawasan. Dengan tersedianya
berbagai informasi pembelajaran di dunia cyber, sangat memungkinkan siapa pun
yang ingin menambah wawasan. "Sekarang mau mencari apa saja, semuanya
sudah ada di internet. Tinggal menantang otak kita, kuat tidak untuk membaca
air bah informasi pengetahuan dalam internet. Pokoknya tinggal menyesuaikan
otok kita, internet sudah menyediakan semuanya untuk menambah wawasan
kita", kata seorang guru.
Dengan tersedianya informasi dalam jaringan internet, guru dan murid
merasakan manfaatnya untuk selalu memutakhirkan pengetahuanya. Bagi guru yang
kreatif dan mau meningkatkan profesionalismenya, akan sangat terbantu dengan
adanya internet. Salah seorang guru yang masih muda mengaku selalu mencari
informasi pengetahuan yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dengan
memanfaatkan internet. "Saya selalu berusaha mencari informasi pengetahuan
baru terkait dengan kompetensi saya melalui google", kata seorang guru
muda ini berterus terang.
Pengakuan sejumlah informan, baik dari kalangan guru maupun murid
mengindikasikan bahwa bagi sebagian yang memiliki konsep diri positif, terbuka,
dan memiliki daya keingintahuan (quiriousity) tinggi, terbukti mampu
mentransformasikan diri pada dinamika pendidikan era digital. Berkaitan dengan
temuan ini, maka argumen kubu cyber optimists jika menginginkan terelaisasinya
obsesi positif kehadiran media baru, maka memang perlu adanya transformasi
kultur bagi penggunanya. Kultur membaca di kalangan para guru dan murid adalah
salah satu prasyarat dasar bagi kelancaran dalam transformasi kultural dalam
menyesuaikan dengan dinamika pendidikan era digital, sehingga kehadiran media
baru terbukti mendorong keberlangsungan pembelajaran yang efektif dan
produktif.
0 Comments